Buku adalah pengusung Peradaban
Tanpa Buku
Sejarah menjadi Sunyi
Berdasarkan hasil survei lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, United Nation Education Society and Cultural Organization (UNESCO), minat baca penduduk
Negara maju seperti Jepang, Amerika, Jerman Inggris dan yang lainnya sudah memiliki tradisi membaca buku. Masyarakat negara tersebut sudah menjadikan buku sebagai sahabat yang menemani kemana pun mereka pergi, ketika antre membeli karcis, menunggu kereta, di dalam bus, mereka manfaatkan waktu dengan kegiatan produktif yakni membaca buku.
Langkah selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana agar kegiatan membaca menjadi kegiatan yang mengasyikkan. Karena memupuk kebiasaan membaca tak perlu dilakukan secara serius. Sambil “ngopi” atau “ngemil” diiringi musik, membaca bakal tetap menjadi petualangan yang seru. Selain lebih nyaman dan santai, otak pun tak perlu ekstra keras berfikir.
Sebuah peradaban memiliki sejarahnya sendiri-sendiri untuk bangkit dan berkembang. Namun, suatu peradaban tidak mungkin lahir dan berkembang tanpa adanya sebuah budaya yang dapat mengembangkan peradaban tersebut. Dibutuhkan proses yang panjang untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah budaya yang akan membawa zaman kearah yang ideal.
Budaya tersebut haruslah lahir dalam menopang perubahan zaman yang nantinya akan menciptakan sebuah generasi yang mampu untuk membawa perubahan ke zaman yang lebih baik lagi. Café baca philoshopia dibentuk atas dasar pemikiran tersebut. Dengan dibentuknya kantong-kantong atau basis-basis budaya intelektual seperti café baca phylosophia ini, diharapkan akan membawa dan mengembangkan sebuah kultur ilmiah yang massif di kota Makassar.
Jika Ionia, tempat bermulanya pemikiran Yunani, dianggap sebagai tempat kelahiran kebudayaan Barat, maka diharapkan kehadiran Café baca philoshopia dan taman baca lainnya yang ada di Makassar akan menjadi spirit dan benih revolusi paradikmatik di Kota Anging Mamiri ini.
Dari beberapa dasar pemikiran tesebut di atas, maka kami telah mendirikan “café Baca Philosophia” Selain menyajikan aneka minuman dan makanan, pengunjung pun bebas membaca buku atau koran demi menambah wawasan berpikir. Ditempat tersebut kami juga membuat sekolah rakyat bagi anak jalanan, terutama yang ada di sekitar kampus Universitas Hasanuddin. Dimana pengajarnya adalah teman-teman mahasiswa yang juga sebagai pengelola café baca Philosophia
Semua hal tersebut kami lakukan sebagai bentuk pembelajaran kami dikampus dan juga kepedulian kami untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !